Senin, 16 Juni 2008

Kalo Satu Ngak Cukup, Kenapa Tdk 2, 3 atau 4 ?

Judul di atas sama sekali tdk ada hubungannya dengan ayat-ayat AlQur'an di Surat Annisa. Tapi lebih pada konsep Cashflow Quadrant-nya R.T. Kiyosaki. Jadi ini menyangkut sumber penghasilan, yang konsepnya aliran.

Dulu-dulu saya mikir cuma konsentrasi di satu sumber. Cukup gak cukup ya dicukup-cukupkan. Jalur yg ditempuh pengembangan karir melalui peningkatan pendidikan. Pendidikan formal alhamdulillah sdh mentok. Abis, bahkan saya diberi kesempatan untuk menempuhnya di negara tetangga. Di Selatan Indonesia.

Lalu karir jg lumayan, not so bad utk ukuran saya. Jabatan struktur es-2, pernah melaksanakan jabatan es-1. Jabatan fungsional ok, walaupun tdk terlalu pesat. Pangkat sdh hampir mentok, tmt 1 April 2008 pangkat saya sdh IV/d. Jadi kalao saya pensiun sdh sampe pada pangkat terakhir. Batas usia pensiun saya kalaupun tdk menjabat struktural sampai 60, bahkan bisa sampe 65.

Keluarga saya alhamdulillah. Istri saya punya penghasilan, paling gak buat kebutuhannya sendiri. Buat mensuport orang tuanya. Bahkan, kadang-kadang untuk keponakannya. Juga keponakan saya. Anak lelaki kami, anak pertama, sdh menjalani kehidupannya dengan anak dan isterinya. Anak kedua, perempuan, memang masih kuliah. Mudah-mudahan kuliahnya lancar dan dapat menjadi bekal untuk menjalani kehidupannya kelak.

Masalahnya, kemudian saya merasa langkah terbatas untuk melakukan aktivitas karena sumber penghasilan yang cuma satu. Untuk ukuran yang sangat sederhana, rasanya saya belum bisa maksimal kalau cuma mengandalkan satu kuadran ini saja. Biaya-biaya skrg ini meningkat. Oportunity cost untuk mengantarkan anak-anak ke jenjang yg bisa kita lepas makin tinggi. Biaya kuliah makin berat. Kalo saya bisa menanbung 1 jt rp per bulan utk kuliah anak saya, itu hanya cukup untuk bayar uang kuliah saja. Untungnya, anak saya pergi kuliah bisa jalan kaki, atau naik ojek. Selain itu "shadow-price" biaya rumah tangga "sky-rocketting". Pokoknya laham. Naiknya harga minyak dunia, pengurangan subsidi bbm, meroketnya harga-harga membuat sumber penghasilan menjadi sangat tdk memadai.

Saya kira saya berdosa kalau tidak berupaya untuk menambah sumber penghasilan. Di kuadran-2, pekerjaan profesional sebenarnya bisa saya tempuh. Cuma memang, waktu yang tersedia sangat terbatas. Semua tau kan hidup di Jakarta (maksud saya cari makan di Jakarta, tspi tinggal di pinggiran Jakarta) tua di jalanan. Sepulang kantor, resminya jam 16.00, saya bisa mampir di beberapa kampus. Atau hari Sabtu, bahkan Minggu, nongkrong di kampus. Cuma, siapa yang bisa jamin. Karena memang rekrutmennya rada-rada kolutif, ganti pimpinan bisa juga hilang nama kita.

Sumber ketiga, saya kira tdk semua orang berani masuk. Memasuki dunia bisnis, bersiaplah untuk jatuh-bangun. Tapi, bukan dunia yang sama sekali tidak bisa dimasuki. Jika tekun dipelajari dan dijalankan insyaAllah Tuhan tolong. Pengusaha yang sekarang sukses adalah mereka yang pernah mengalami jatuh bangun. Jadi nikmatilah, dan belajarlah.

Sumber keempat, biasanya memerlukan finansial yang masif. Bgmana bertindak sebagai investor tentu bisa dipelajari. Dengan memilih kendaran yang tepat: bisa di bisnis, property atau asset paper, banyak yang sukses. Mulai aja dari yang kecil-kecil.

Jadi kalo satu gak cukup, mengapa tidak mencoba yang kedua, ketiga dan keempat. Saya kira benar kata RTK, bahwa bisnis dan investasi beresiko itu benar, tapi yang justru beresiko itu kalau gak punya penghasilan. Kalau bisa empat kenapa cuma satu ????

Tidak ada komentar: